


Di Papua berdasarkan letak geografisnya dibedakan menjadikan dua tempat,yang pertama kawasan pesisir pantai yang didiami oleh masyarakat pantai atau yang biasa dipanggil dengan orang pantai dan yang kedua adalah daerah pegunungan yang didiami oleh masyarakat pegunungan atau yang biasa dipanggil dengan orang pedalaman. Berdasarkan tempat hidupnya orang pantai didiami oleh berbagai macam suku,beberapa diantaranya adalah Suku Biak, Suku Serui, Suku Asmat, Suku Sarmi dan masih banyak lagi. Lain halnya dengan orang pedalaman, dari berbagai suku yang mendiami pegunungan, beberapa diantaranya adalah Suku Moni,Suku Dani, Suku Ekari, Suku Nduga, Suku Holani dan masih banyak lagi. Baik suku-suku yang mendiami pesisir pantai maupun suku-suku yang mendiami kawasan pegunungan tersebut memiliki ketidaksamaan budaya.Beberapa hal yang membuat ketidaksamaan budaya mereka adalah disebabkan karena beberapa faktor.Yang pertama yaitu faktor tempat tinggal,sesuai dengan sebutanya orang pantai hidup di daerah pesisir pantai dan orang pedalaman hidup di daerah dataran pegunungan.Yang kedua adalah faktor alam,misalnya orang pantai hidup di daerah yang suhunya tidak terlalu dingin sedangkan orang pedalaman
![]() |
sagu |
hidup di daerah pegunungan yang suhunya sangat dingin.Kemudian yang terakhir adalah faktor pangan atau makanan yang dikonsumsi,misalnya orang pantai mengkonsumsi makanan pokok sagu, papeda dan ikan sedangkan orang pedalaman dengan makanan pokok ubi , keladi dan pisang.Hebatnya,walaupun terdapat berbagai perbedaan tetapi tetap membuat mereka bersatu,sebuah hal yang patut dicontoh dan dilestarikan oleh semua warga negara Indonesia yang majemuk ini.
Di luar perbedaan tersebut,semua suku di Papua memiliki persamaan dalam hal penyambutan tamu ataupun dalam upacara adat. khususnya tarian panah yang biasanya dimainkan atau dibawakan oleh masyarakat pegunungan dalam acara pesta bakar batu atau yang biasa disebut dengan barapen oleh masyarakat pantai. Tarian ini dibawakan oleh para pemuda yang gagah perkasa dan berani.Selain kebudayaan yang beragam,daya tarik lain dari Pulau Papua adalah masyarakat di sana yang kebanyakan masih menggunakan peralatan tradisional peninggalan nenek moyangnya dalam kehidupan sehari-hari.Seperti noken dan honai.
Noken |
Noken adalah keranjang yang digunakan kaum pria dan wanita di Papua.
Noken Tidak hanya dimiliki oleh masyarakat pedalaman, tetapi para
pejabat dan kaum intelektual pun memiliki tas khas papua tersebut untuk
menyimpan buku dan barang kebutuhan lain.Noken terbuat dari tali hutan
(kayu) khusus yang tidak mudah putus, seperti rotan atau pohon lainnya.
Saat ini noken lebih banyak ditemukan di Paniai. Daerah ini dikenal
sebagai gudang noken yang oleh penduduk setempat disebut agiya.Noken
atau agiya ini bagi perempuan di pedalaman biasa digunakan untuk
menyimpan anak bayi, babi, umbi-umbian, sayur, dan pakaian.Pernah
melihat wanita Papua memakai tas yang digantung di kepala dan mengarah
ke punggung?Ya,tas itulah yang dalam bahasa Biak dinamakan noken atau
agiya.
Selain itu, Papua juga memiliki rumah tradisional yang disebut honay.
Rumah tradisional suku-suku di Pegunungan Tengah ini berbentuk lingkaran
dengan diameter 3-5 meter, dengan bagian atap berbentuk kerucut. Ada
honay khusus untuk ternak babi, ada honay khusus untuk kaum pria, dan
honay khusus untuk kaum wanita. Ruangan dalam honay yang sengaja
dibangun sempit serta tidak memiliki ventilasi (jendela) ini bertujuan
untuk menahan hawa dingin. Daerah Pegunungan Tengah, seperti Puncak Jaya
(5.030 m) dan ![]() |
honai |
Selain Noken dan Honai,tentu masih banyak lagi yang lainya.Dan ini menjadi tugas bagi kita sebagai generasi penerus untuk mengenal dan melestarikan semua budaya luhur nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar