Yasmine : Film Brunei yang dibintangi artis Indonesia, Malaysia, dan Singapura

Setelah sekian lama Brunei tidak pernah memproduksi film. Di tahun 2014 meluncurlah sebuah gebrakan dari Brunei dengan film internasionalnya : Yasmine. Film produksi Origin Films ini disutradarai oleh perempuan muda Brunei Siti Kamaluddin dan Chan Man Ching. Chan Man Ching adalah stunt coordinator dan koreografer untuk film-film Jackie Chan seperti 'The Legend of Drunken Master 2', 'Rumble in the Bronx', tiga film 'Rush Hour' dan juga film Hollywood lainnya seperti 'Hell Boy 2'. Di film 'Yasmine', Chan bertindak sebagai action director.

          Film 'Yasmine' yang merupakan film feature pertama dari Brunei Darussalam ini telah mencuri perhatian dunia perfilman internasional. Film tersebut tayang di Hong Kong International Film Festival (24 Maret-7 April 2014), Cannes Film Festival (14-25 Mei 2014) dan Neuchâtel International Fantastic Film (4-12 Juli) dengan meraih penghargaan Best Asian Movie di Neuchâtel International Fantastic Film Festival 2014.

Sutradara (tengah bawah) dan beberapa pemain

          Selain prestasinya, yang menarik dari film ini sehingga malindobrusing merasa perlu untuk meliputnya adalah karena gebrakan pertama dalam perfilman internasional ini melibatkan seniman-seniman dari Malaysia, Indonesia, Brunei dan Singapura. Selain itu ada juga pemain dan crew yang berasal dari Hongkong, Polandia, dan Australia.

          Anggota tim dari Indonesia diantaranya adalah Salman Aristo (Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi, Sang Penari) sebagai penulis skenario, Cesa David Luckmansyah (pemenang piala Citra untuk film Rumah di Seribu Ombak, Rectoverso) sebagai penyunting gambar, Khikmawan Santosa (peraih piala Citra untuk film Sang Kiai) sebagai penata suara, Aghi Narottama sebagai penata musik, dan band Nidji untuk membuat lagu soundtrack.

Sementara itu, di jajaran pemain, selain menampilkan pemeran utama Liyana Yus asal Brunei sebagai Yasmine, juga mengusung para aktor terbaik Indonesia seperti Reza Rahadian (Fahri-ayah Yasmine), Agus Kuncoro (Jamal-pelatih silat), Dwi Sasono (Tong Lung-pelatih klub silat sekolah), Arifin Putra (teman Fahri) dan para pemain muda Roy Sungkono dan Mentari De Marelle.

Aktor-aktris Malaysia yang juga bergabung di film ini antara lain, Dian P Ramlee, Nabila Huda, Carmen Soo, Soo Wincci dan Aryl Falak. Selain itu, film ini juga menghadirkan aktor kondang Singapura Dato’ M. Nasir.

          Bagi yang penasaran dengan ceritanya, berikut ringkasannya:

Cinta bukanlah hal yang mudah, terutama bagi Yasmine (Liyana Yus), pelajar SMA kelas 1 ini. Lelaki pujaannya, Adi, juara silat internasional, sudah kembali lagi ke kotanya namun ia sekarang justru dekat dengan Dewi, rival Yasmine sejak lama.

Kecewa karena tidak masuk sekolah unggulan, Yasmine memutuskan untuk mengubah kekecewaannya dan bergabung di klub silat sekolahnya bersama dua sahabatnya, Ali dan Nadia. Di bawah bimbingan pelatih silat, Yasmine dan kedua temannya berlatih dengan giat untuk kejuaraan silat tingkat nasional.

Pada mulanya semua aktivitas Yasmine ini disembunyikan dari ayahnya, Fahri. Tapi lambat laun, ayahnya mengetahui semua kegiatan Yasmine. Fahri memutuskan untuk menghentikan aktivitas Yasmine sebagai upaya menyelamatkan Yasmine dari kejatuhannya sendiri, meskipun ada rahasia besar yang Fahri simpan erat-erat dari Yasmine. Sang ayah yang berprofesi sebagai pegawai perpustakaan kerajaan ini diceritakan single parent berupaya mencegah niat putrinya, di antaranya dengan mencarikan guru mengaji untuk menyibukannya.  Tentunya Yasmine lebih cerdik untuk bisa ikut kejuaraan silat.

Cerita terus bergulir.  Yasmine digambarkan cewek berkarakter gigih memilih guru yang mau mengajarkannya jurus yang lebih mumpuni untuk bisa bertemu seterunya Dewi di final.  Diantaranya menemui Datuk Hitam. Dari sini  akhirnya Yasmine  tahu mengapa ayahnya mempunyai trauma terhadap silat setelah dia memukul “knock out”  lawannya di semifinal.  Selain itu Yasmine jadi arogan dan berselisih dengan Ali dan Nadia.

Mereka bertiga bisa rukun lagi dan final pun dimulai. Seperti lazimnya cerita semacam Karate Kid (sebetulnya juga pola cerita laga),  “final fighting”.